> RUMAH INFO DEWE: Sinergi Positif PAUD dengan Jenjang Sekolah Dasar

Thursday, February 22, 2018

Sinergi Positif PAUD dengan Jenjang Sekolah Dasar

rumahinfodewe. Anak merupakan karunia dan rahmat Tuhan, dan merupakan amanah yang diberikan kepada orang tua. Mereka memerlukan bimbingan, pelatihan atau pembiasaan serta pendidikan yang harus diperkenalkan sejak dini hingga akhirnya melekat dalam kepribadian dan kehidupannya sehari-hari. Sebelum menapak pada jenjang Sekolah Dasar(SD), Pendidikan anak usia dini(PAUD) memegang peranan sangat penting. Keberhasilannya tak bisa terlepas dari menjadikan anak sebagai focus keberadaan kurikulum dan sekolah. 

Anak yang baik dan berbakti tidak terbentuk secara spontan, tetapi harus diwarnai dengan pendidikan yang baik oleh orang tuanya di rumah, oleh gurunya di skeolah dan lingkungannya. Pendidikan yang linier antara keluarga, sekolah dan masyarakat sangat membantu menuju terbentuknya pribadi yang baik, disiplin serta bertanggung jawab. 

Rumah menjadi sekolah pertama bagi anak. Di rumahlah pertama kali mereka mengenal dunia, mengenal benda atau mengenal kata. Selain itu, mereka juga mengenal tingkah laku orang-orang terdekat dan menyayanginya. Sehingga sangat penting sekali memperhatikan pendidikan anak-anak di rumah. 

Orang tua hendaklah menjadi contoh yang baik bagi anak dan tokoh panutan yang baik bagi mereka. Berperilaku yang baik serta memberi contoh tindak tanduk yang baik dalam segala hal diantaranya ucapan, tingkah laku, sikap dan tata krama yang baik. Orang tua harus selalu berusaha untuk menjadi sosok yang menyenangkan bagi anak, yang juga diharapkan tidak mendidik anak secara otoriter. Dalam hal ini orang tua memegang peranan yang sangat penting dalam membentuk, mengembangkan kepribadian serta pola pikir anak. 

Filososfi Inggris John Locke(1632-1704) meyakini bahwa pengalaman dan pendidikan bagi anak merupakan factor penting yang paling menentukan dalam perkembangan anak. Isi kejiwaan anak ketika dilahirkan adalah ibarat selembar kertas yang putih dan bersih. Pengalaman yang didapati anak melalui penginderaannya akan menentukan apa yang akan dipelajarinya. Konsekuensinya akan nampak pada apa yang diperagakan anak dalam tingkah lakunya. 

Selembar kertas yang putih bersih itu menunjukkan bahwa ketika anak lahir tidak ada sifat genetic yang dibawa. Anal lahir tanpa adanya predisposisi. Dalam perkembangan anak, yang paling mewarnai adalah pengaruh lingkungannya. Konsep kertas putih itu juga memiliki implikasi dalam pendidikan dan pengajaran. Tugas orang tua untuk memberi warna. Anak akan belajar apa yang diajarkan kepadanya. Atau anak akan meniru apa yang dilakukan oleh orang tua atau orang lain. 

Pada fase selanjutnya, dengan semakin meningkatnya usia dan tingkat kematangan, orang tua akan mulai melirik lembaga pendidikan ditingkat pra Taman Kanak-kanak(PAUD). Suatu sekolah akan menyelenggarakan pendidikan untuk anak usia 4-5 tahun, programnya disebut kindergarten.

Pemerintah telah mengakomodasi pendidikan pra sekolah dengan peraturan pemerintah (PP) Nomor 27 tahun 1990 tentang pendidikan pra sekolah. Bab I Pasal 1 ayat (1) dinyatakan bahwa yang dimaksud dengan Taman Kanak-kanan (TK) adalah salah satu pendidikan pra sekolah yang menyediakan program pendidikan dini bagi anak berusia 4 tahun sampai memasuki pendidikan dasar. Lebih lanjut dijelsakan bahwa satuan pendidikan pra sekolah meliputi Taman Kanak-kanan, kelompok bermain dan penitipan anak. Taman kanak-kanak adalah jalur pendidikan sekolah sedang kelompok bermain dan penitipan anak adalah jalur pendidikan luar sekoah. 

Hal ini menunjukkan bahawa pemerintah menganggap betapa pentingnya pembinaan generasi secara menyeluruh. Artinya masa pras ekolah (3-6 tahun) merupakan pengalaman awal yang akan memberikan kualitas bangsa di masa yang akan datang. Maka penyusunan kurikulum yang adaptif dan adoptif pun dilakukan secara cermat dengan melibatkan ahli pendidikan, psikologi, guru, penyelenggara dan pengelola pendidikan sekolaj maupun luar sekolah khususnya yang amat berkaitan erat dengan pra sekolah. 

Dalam Undang-undang RI Nomor 2 tahun 1989 tentang Sistim Pendidikan Nasional(SISDIKNAS), pasal 12 ayat (2) menyebutkan “ Selain jenjang pendidikan sebagaimana termaktub pada ayat (1) dapat diselenggarakan pendidikan pra sekolah. Adapun pengertiannya adalah pendidikan yang diselenggarakan untuk mengembangkan pribadi, pengetahuan dana keterampilan yang melandasi pendidikan dasar serta mengembangkan diri secara utuh sesuai dengan asas pendidikan sedini mungkin dan seumur hidup. 


PAUD sebagai Proses Kehidupan 

Untuk penyelenggaraan pendidikan pra sekolah ini, seyogiyannya lebih menekankan pada anak didik dan minat anak dari pada pelajarannya sendiri. John Dewey, salah satu tokoh filsafat dan pendidikan berpengaruh di Amerika, child centered curriculum (kurikulum sekolah yang memfokuskan pada anak) dan child centered school (sekolah yang memfokuskan pada anak). Dua istilah di atas menggagas penekanan pendidikan pras sekolah (PAUD) sebaiknya mempersiapakan anak untuk dapat menghadapi kehidupan masa kini, bukan kehidupan yang akan datang yang belum jelas. 

Dalam buku My Pedagogical Creed, Dewey mengungkap pendidikan adalah proses dari kehidupan. Di dalam pembelajaran, anak berpartisipasi dalam kegiatan fisik, yang tercermin dalam kegiatan, lari, lompat, serta segala kegiatan lainnya. Dalam kegiatan yang kelihatannya tidak ada kaitan dengan proses pembelajaran ini, sebenarnya tersirat satu rangkaian yang erat dengan upaya anak untuk menemukan minatnya dalam bidang yang lain. Dari satu fase pembelajaran dasar ini nantinya akan berkembang kala anak menggunakan berbagai macam alat atau obyek lain. 

Sedangkan untuk mengetahui minat yang berkaitan dengan intelektual, dapat dilatihkan pada anak pra sekolah dengan menyelesaikan masalah, menemukan hal baru, menggambarkan atau menjelaskan bagaimana suatu hal berlangsung. Minat yang berkaitan dengan hal-hal yang bersifat social dinyatakan dengan bagaimana seorang anak melakukan hubunga interpersonal. 

Pentingnya pendidikan pra sekolah juga diungkap oleh Maria Montessori(1870-1952), adalah seorang dokter dan antropolog italia yang ternama. Montessori menganggap perkembangan anak usia dini adalah satu proses yang berkesinambungan. Ia menganggap pendidikan yang dilakukan manusia di semua jenjang sebagai aktivitas diri, kemandirian dan pengarahan diri. Persepsi anak terhadap dunia yang dilihatnya adalah dasar melaksanakan praktik pendidikan. 

Pada pendidikan anak usia dini. Lebih baik seluruh indera dilatih untuk dapat menemukan hal-hal yang bersifat ilmu pengetahuan. Maka dari itu perlu dirancang berbagai macam materi yang memungkinkan indera anak dapat dikembangkan. Guru harus mengoptimalkan penggunaan alat yang memungkinkan seorang mengoreksi diri, anak akan menjadi sadar terhadap berbagai macam rangsangan yang kemudian diorganisasikan dan dikelola seiring proses perkembangan penalaran dan pikirannya. 

Lebih konkritnya, bila anak belajar tentang suara melaluai pendengaran, perlu dibarengi dengan ide merancang alat yang berupa kumpulan suatu kotak. Semua kotak berukuran sama, tetapi masing-masing berisi benda yag berbeda. Sehinggga pada saat digoyangkan akan mengeluarkaan suara yang tidak sama. Lebih jauh, hal ini akan merangsang anak untuk ingin tahu. Awalnya, anak akan ingin tahu lebih jauh penyebabnya. Maka dengan sendirinya, rasa tertarik inilah yang akan menyemangatinya untuk belajar. Disinilah, guru masuk dalam proses pembelajaran dengan memberikan penjelasan-penjelasan yang riil dan sederhana tentang penyebab perbedaan bunyi suara yang dihasilkan antara kotak satu dengan kotak yang lainnya. 

Untuk memaksimalkan pembelajaran, seharusnya juga dimaksimalkan fungsi penglihatan, penciuman, juga pengecap serta perabaan. Tentu guru harus kreatif dengan menemukan atau menggunakan alat-alat sederhana yang bisa merangsang anak untuk ingin tahu, selanjutnya akan mau belajar lebih jauh dari pengalaman sederhana yang telah didapatkannya. 

Bermain, dan pendidikan jasmani yang mengembangkan otot, berkebun serta belajar tentang alam hendaknya menjadi prioritas utama dalam pendidikan anak usia dini. Membaca dan menulis, menurut Montessori, idealnya dilakukan bersamaan. Usia emas untuk itu adalah ketika anak berusia 2-6 tahun. Karena masa itu adalah masa sensitive untuk belajar membaca. 


Sensitifitas Orang Tua Terhadap PAUD 

Orang tua kini kian menyadari arti penting pendidikan anak usia dini atau pra sekolah. Kedekatan orang tua dan anak menjadi satu kebutuhan mutlak untuk mengaitkan anak dengan lingkungannya, teman sebaya atau guru. Anak yang mendapat perlakuan yang tidak tepat atau bahkan telah mengalami kekerasan menjadi sosok yang akan “sakit” dalam upaya memaksimalkan PAUD. 

Kebersamaan dan pantauan orang tua, akan menjadi suksesnya PAUD. Orang tua juga harus dapat memposisikan sebagai guru. Karena dalam kesehariannya, durasi kebersamaan mereka lebih banyak dibandingkan dengan gurunya. Minat anak dapat dilihat dari situasi di sekitar kehidupan kita. Tidak ketinggalan pihak-pihak yang bergerak murni di bidang usaha juga andil bagian dengan berupaya memperkaya khasanah dan tambahan “materi belajar” untuk PAUD. Ceramah-ceramah atau pun kursus tentang bagaimana mendidik anak dengan sukses sering ditawarkan melalui media massa. 

Acara TV kerap kali mengundang anak ataupun orang tua dengan beragam tayangan yang bersifat mendidik. Dalam hal ini, orang tua harus lebih berhati-hati mendampingi anak dan dapat memilih dan memilih acara tayangan tersebut. Karena tak jarang banyak pengemasan acara TV saat ini yang sebenarnya berorientasi uang semata namun bungkus acara dan pembawa acaranya melibatkan anak-anak. Terkadang hingga tersaji penayangan anak yang sebenarnya kurang mendidik.

Baca Juga :

Perusahaan permainan pun mengendus satu pangsa pasar yang prospektif terhadap meraknya isu semakin berkembangnya pendidikan anak usia dini. Mereka berlomba-lomba menjajakn produk alat permainannya dengan harga yang cukup mahal. Para pengusaha paham betul bahwa para orang tua tak akan menolak permintaan anaknya, walaupun kadang alat permainan tersebut miskin kandungan nilai edukatifnya. Perhatian orang tua terhadap pendidikan anak usia dini, kadang harus dikalahkan oleh masalah ekonomi(komersial). Untuk mengahadapinya, orang tua dituntut lebih bersifat selektif dan bijaksana. Sehingga anak tidak akan menjadai korban. 

Dari uraian di atas dapat kta tarik kesimpulan bahwasanya ada keterkaitan sinergi positif dalam penanganan anak usia dini (PAUD) sebelum mereka memasuki jenjang pendidikan di sekolah dasar (SD). Pada kenyataannya, pematangan yang proporsional dalam bimbingan, pendidikan, pengajaran, serta pembiasaan di jenjang Pra TK ataupun TK akan berdampak positif pada kelanjutan pendidikan anak. Ada asumsi hal ini akan terus berlanjut saat anak mengenyam pendidikan pada jenjang yang lebih tinggi (jenjang SD, SMP, SMA dan Perguruan Tinggi).

No comments:

Post a Comment